Search

Sabtu, 06 Februari 2010

SERANGAN JANTUNG dan STROKE


Sampai dimana risiko anda dan bagaimana cara-cara menghindarinya???

Serangan jantung adalah kondisi dimana kerja jantung terhenti akibat gangguan peredaran darah yang menuju otot jantung, sehingga otot jantung tidak menerima pasokan oksigen dan zat-zat makanan.

Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan fungsi otak terganggu.
Jadi, penyebab serangan jantung dan stroke adalah sama yaitu gangguan peredaran darah atau sering disebut dengan istilah Penyakit Vaskular Aterosklerotik.

Jantung berfungsi untuk memompa darah dan mengatur peredaran darah di seluruh tubuh. Darah tersebut merupakan pengangkut oksigen dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam proses biokimiawi yang terjadi di dalam tubuh untuk mempertahankan aktivitas sel-sel tubuh.
Dengan demikian, terhentinya kerja jantung akan mengakibatkan terhentinya aktifitas sel-sel tubuh yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian.

Banyak aktifitas tubuh yang bekerja di bawah perintah atau kendali dari otak kita, misalnya kontrol kesadaran, gerakan dan panca indera serta pengaturan rasa sakit dan fungsi pernafasan.

Terganggunya fungsi otak (akibat stroke) dapat menimbulkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung pada bagian otak mana yang rusak. Seseorang yang terkena stroke dapat mengalami gangguan seperti hilangnya kesadaran, kelumpuhan, tidak berfungsinya panca indera atau terhentinya pernafasan. Akibat stroke bisa bersifat ringan, tapi dapat pula bersifat fatal.

Penyebab Serangan Jantung dan Stroke :

Ada 2 proses utama yang menyebabkan terjadinya serangan jantung dan stroke, yaitu proses Aterosklerosis dan Trombosis.

Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah proses penyempitan pembuluh darah karena penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah.
Kadar lemak dalam darah abnormal yang ditandai dengan kadar Cholesterol total, Cholesterol LDL, Trigliserida, Apo B dan Lp(a) dalam darah yang tinggi, serta kadar Cholesterol HDL dalam darah yang rendah, merupakan pangkal mula tejadinya aterosklerosis.
LDL merupakan cholesterol jahat yang mampu menyusup ke dinding pembuluh darah, terlebih bila ia memiliki ukuran kecil dan padat atau sering disebut dengan small dense LDL, yang ditandai dengan rasio atau perbandingan kadar Cholesterol LDL Direk : Apo B yang rendah (<1,2).

Didalam dinding pembuluh darah, LDL akan mengalami oksidasi sehingga terbentuk LDL teroksidasi yang sangat berbahaya karena LDL teroksidasi inilah yang memacu berbagai mekanisme terbentuknya benjolan pada dinding pembuluh darah atau disebut Ateroma atau Plak Aterosklerosis. Proses oksidasi LDL ini dapat dihambat bila sistem antioksidan tubuh mencukupi. Hal ini dapat diukur dari pemeriksaan Status Antioksidan Total.

Tombosis

 Plak Aterosklerosis yang banyak mengandung lemak, bersifat rapuh. Plak dapat rontok bila aliran darah deras misalnya karena tekanan darah yang tinggi, atau bila pembuluh darah mengkerut karena stress.
 Rontokan plak akan terbawa aliran darah dan bila sampai pada pembuluh darah yang kecil misalnya otak, dapat menyebabkan penyumbatan sehingga terjadi stroke.
 Plak yang rontok, dapat meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan di tempat tersebut. Untuk menghentikan proses pendarahan, Fibrinogen (faktor yang berperan dalam proses pembekuan darah) diubah menjadi benang-benang fibrin sehingga terbentuk bekuan darah yang menutupi luka tersebut. Timbunan bekuan darah semakin mempersempit bahkan menyumbat aliran darah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah koroner maka akan terjadi Penyakit Jantung Koroner atau serangan jantung.

Secara alami, bekuan darah akan diuraikan oleh sistem tubuh. Proses ini akan dihambat bila kadar PAL-1 dan Lp(a) tinggi.

Faktor Risiko Lain

Selain proses Ateroklerosis dan Trombosis, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Serangan Jantung dan Stroke yaitu sindroma resistensi insulin, yang ditandai dengan kadar Glukosa darah dan Insulin yang tinggi, sindroma anti fosfolipid yang ditandai dengan kadar ACA IgA yang tinggi, Hiperhomocysteinemia, bahkan penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa proses peradangan yang sifatnya kronik dan sub klinik berperan dalam proses terjadinya Aterosklerosis. Berkaitan dengan hal ini, kini pemeriksaan hs-CRP digunakan juga sebagai salah satu penanda untuk memperkirakan risiko Serangan Jantung/Stroke.

Penentuan Faktor Risiko

Risiko terhadap serangan jantung dan stroke perlu ditentukan agar kita dapat melakukan upaya untuk mencegah atau menghindari terjadinya serangan jantung dan stroke.

Panel Risiko PJK dan Stroke

• Cholesterol total
• Cholesterol HDL• Cholesterol LDL• Trigliserida
• Apo B• Lp(a)
• Insulin• Glukosa puasa
• Glukosa 2 jam PP
• Fibrinogen
• ACA (IgA)
• Homocysteine
• PAI-1 antigen
• Hs-CRP
• Status Antioksidan Total.

Sumber : Seri Edukasi Laboratorium Klinik Prodia

1 komentar: